Desa Kambo, Keindahan Alam Yang Menakjubkan

Penulis:

Mengenai sejarah nama Kambo, belum ada literatur pasti. Nama Kambo, seringkali dikaitkan dengan Datu Luwu, We Kambo Opu Daeng Risompa Sultananah Zaenab atau Andi Kambo. Namun menurut penuturan warga, nama wilayah Kambo sudah ada sebelum Andi Kambo datang bersembunyi ke wilayah tersebut di masa perang melawan pemerintah kolonial. Kata Kambo menurut Basse M. Ratu, berasal dari bahasa Tae’ “sang goppo-goppo” atau “sang lappo’-lappo’’’ yang artinya satu tumpukan.

Kampung unik di Sulawesi Selatan ini bernama Desa Kambo. Desa ini dikenal sebagai tempat paling indah untuk memandang Kota Palopo, pusat pemerintahan yang terletak pada ketinggian 500-750 meter di atas permukaan laut (mdpl). Di tempat ini, Kota Palopo mendapat 2 perspektif sekaligus. Jika memandang secara “outward”, kita akan menemukan Palopo sebagai sebuah lanskap kota dengan kawasan terbangun yang intens, dinamis dan bercirikan urban. Namun, jika memandang secara “inward”, kita akan menemukan Palopo sebagai sebuah lanskap kampung di atas bukit yang masih permai, adem, dan bercirikan rural.

Warga desa ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai seorang petani. Sehari-hari mereka disibukkan dengan berbagai aktivitas pertanian, merawat kebun durian, menanam cengkeh, memanen lengkuas, dan lainnya. Meski begitu, dibandingkan dengan budaya bertaninya, Kambo lebih dikenal masyarakat sebagai tempat untuk wisata kuliner di ketinggian dengan latar depan Kota Palopo; tempat camping paling nyaman dan dekat dari pusat kota; serta wahana outbound dan wisata keluarga paling menarik di dataran tinggi Palopo.

Kelurahan Kambo secara geografis terletak antara antara  2°59'12.54"S dan 3° 1'28.15"S lintang selatan dan 120°10'20.05"E dan 120° 7'42.99"E bujur timur. Kawasan Kambo  mempunyai karakter geografis yang khas, berupa wilayah pegunungan, lembah dan dataran  yang masih sangat asri. Wilayah Kelurahan Kambo memiliki luas 11,42 km persegi. Jika dibandingkan dengan total wilayah Kecamatan Mungkajang, Kambo mengkontribusi lahan seluas 21,23 persen, terdapat 1.080 jiwa warga Kambo yang tinggal berbatasan langsung dengan hutan lindung.

Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palopo Tahun 2012–2023 menyebutkan Kambo merupakan kawasan peruntukan pariwisata, yang termuat pada pasal 50 poin 3 huruf (f). Penggunaan lahan di Kambo berdasarkan RTRW Kota Palopo adalah kawasan lindung dan budidaya, dimana alokasi peruntukan ruang untuk Permukiman 24%, perkebunan 40% dan hutan 36%. Pada tahun 2019, Kambo ditetapkan sebagai Desa Wisata melalui SK Wali Kota Palopo Nomor 115/I/2019 tentang Penetapan Kawasan Pariwisata di Kota Palopo., yang diubah kemudian pada SK Walikota Nomor 130/II/2022 Tentang Penetapan Kelurahan sebagai kampung Wisata.

 

Penulis: Hamzah Apriansyah

Referensi: 

https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/kambo (diakses 9 Oktober 2024)

https://www.inews.id/travel/destinasi/kampung-unik-di-sulawesi-selatan-singgah-ke-desa-terpencil-di-atas-bukit-bisa-lihat-gumpalan-awan (diakses 9 Oktober 2024)

Bagikan:

ARTIKEL LAINNYA

SSL