Menghapus Kesenjangan Teknologi: Peran Edukasi Digital di Daerah Terpencil
Penulis: Admin

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan pedesaan masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2023, penetrasi internet di Indonesia mencapai 79.5%, namun kesenjangan signifikan masih terlihat antara daerah perkotaan dan pedesaan. Akses internet di wilayah non-perkotaan hanya berkisar 60-65%, jauh tertinggal dari kota besar yang mencapai lebih dari 90%.
Untuk menjawab tantangan ini, berbagai inisiatif edukasi digital mulai digalakkan di daerah terpencil. Program-program ini tidak hanya memperkenalkan teknologi dasar kepada warga, tetapi juga membuka peluang baru di bidang pendidikan, ekonomi, dan kewirausahaan lokal.
Pentingnya Edukasi Digital untuk Pembangunan Desa
Edukasi digital tidak hanya mengajarkan cara menggunakan gawai, tetapi membangun literasi dan daya saing masyarakat. Berdasarkan riset Katadata Insight Center (KIC) dan Google Indonesia pada 2022, hanya sekitar 30% masyarakat desa yang memiliki kemampuan literasi digital tingkat dasar ke atas.
Melalui pelatihan literasi digital, warga desa dapat:
- Mengakses informasi dan layanan publik secara online,
- Mengembangkan keterampilan kerja berbasis digital,
- Menjalankan usaha mikro dengan pemasaran digital.
Program seperti Desa Cerdas (Kemendesa PDTT), Literasi Digital Nasional (Kominfo), dan kerja sama dengan komunitas kampus seperti Kampus Mengajar telah menjangkau lebih dari 10.000 desa sejak 2021.
Kisah Sukses dari Lapangan
Contoh keberhasilan edukasi digital datang dari Desa Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Dalam kerja sama dengan relawan digital dan universitas, lebih dari 50 warga, mayoritas ibu rumah tangga, dilatih membuat katalog digital dan menggunakan platform marketplace seperti Tokopedia dan Shopee.
Hasilnya? Penjualan produk kerajinan bambu dan makanan ringan meningkat hingga 150% dalam 6 bulan. Ibu Nani, salah satu peserta pelatihan, mengaku sekarang bisa menerima pesanan hingga luar kota, sesuatu yang dulu tidak terpikirkan.
"Awalnya cuma jualan ke tetangga. Sekarang, saya kirim pesanan ke Jakarta lewat ojek online!" ungkapnya bangga.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Masih ada sejumlah tantangan besar:
- 45% desa di Indonesia masih terkendala sinyal internet lemah (BPS, 2023),
- Keterbatasan perangkat dan listrik yang stabil,
- Kurangnya pelatih atau fasilitator digital di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Namun di sisi lain, potensi desa sangat besar. Indonesia memiliki lebih dari 74.000 desa, dan mayoritas dihuni oleh usia produktif. Jika diberi akses dan edukasi, desa dapat menjadi kekuatan ekonomi digital baru.
Kesimpulan
Edukasi digital di desa bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Dengan program berkelanjutan, kolaborasi semua pihak, dan penyediaan infrastruktur yang memadai, kesenjangan digital bisa dihapus, dan desa bisa tampil sebagai garda depan pembangunan berbasis teknologi.
Penulis: Faldi Firmansyah
Editor: Andi Fitri Novianti
Tag